AADC Feat Moronlicious
Ku lari ke hutan kemudian menyayiku, ku lari kepantai kemudian teriakku.
Dalam deru liang napas pada paru-paru
Hadirmu memenuhi ruang sebagai rasa yang hilang
Rela yang berupa lara, kenang itu sebagai debu yang bergerak dalam cemas yang berontak.
Sepi dan sendiri aku benci, bosan aku dengan penat. Persetan dengan penat! Aku benci pekat! Yang tergenang dengan racun jingga pada kaki langit.
Keras memukul, tajam menusuk
Kau membungkam rasa dengan merusak alteri jantungku. Mencabut kenang dalam tempurung otak sebagai senang yang rela binasa.
Rusak terkoyak, isak mengarak
Kau kembali membunuh rindu dengan menyayat inti hati
Mencekik detik yang mengiringi langkah pada pemakaman.
Pecahkan saja gelasnya biar mengaduh sampai gaduh!
Ketika sifat ego sentris menghampiri dua manusia, perasaan yang kian luluh lantah akibat ego yang saling memaksa, jiwa lantas lumpuh sebab akan kuasa yang saling merapuh.
Kini, hadirmu dan hadirku biarlah tertulis pada sebuah prasasti, sebagai dua manusia yang keras kepala. Dan, mencoba terus hidup dengan jiwa yang telah mati.