Membayangkan wajahmu dalam sketsa
Memikirkanmu dalam bentuk kehaluan
Mengharapkanmu adalah mimpi belaka
Memilikimu sebuah hanyalan semata
Detik yang terlewati hanya mencabut kenang dalam tempurung otak yang rela binasa. Sebab kuasa yang tak rela terpisah, merobek antipati yang rela dalam sandiwara.
Haruskah Menikam hati sendiri? Lantas tertawa riang kala menjadi pembunuh paling ngeri. Bercap, pahlawan dalam negri. "Aku adalah Arjunamu yang rela menebas rasa sakit kala hati sedang cemburu"
Ketika rasa rindu datang menghampiri, terkubur dalam sunyi dalam gelap hati ini.
Kau tak akan mengerti sepiku. Menghadapi kenyataan tanpa hadirmu. Senyummu telah meracuni darahku, membuat sesak nafas dadaku. Pikirku berontak kala merana melihat kau bersama yang lain.
"Baiklah"
Aku harus segera menyembunyikan diri. Menghilang karena segala hal takan berarti. Mencoba mengubah lara, menjadi tawa yang membara.